"Tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu,tidak ada alasan untuk tidak taat kepadaMU,waktu ku banyak sia-sia,sedangkan nikmatMu terus mengalir,aku malu".Rasnal H.Bisnu

Jumat, 24 Mei 2013

Tujuan Syari'ah


    Islam diturunkan ke bumi dilengkapi dengan jalan kehidupan yang baik (syari’ah) yang diperuntukkan untuk manusia, yaitu berupa nilai-nilai agama yang diungkapkan secara fungsional dan dalam makna yang konkret yang ditujukan untuk mengarahkan kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif kemasyarakatan (social).
Untuk mencapai maqashid asy-Syari’ah, diperlukan perangkat untuk menganalisis setiap perbuatan hukum yang dilakukan mukallaf dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Sehingga, apa yang dikehendaki syari’ah dalam mengatur hubungan secara vertical (hablun minallah) maupun hubungan secara horizontal (hablun minannas) dalam rangka mencapai kemaslahatan umum. Itulah sebabnya,maqashid asy-syari’ah dipandang urgen untuk dikaji secara intens oleh para pengkaji dan pemerhati masalah fiqh dan ushul fiqh, khususnya dikalangan akademisi muslim.


 Maqhasid Syari’ah

1.      Pengertian
Dari segi bahasa, maqashid asy-Syari’ah terdiri dari dua kata yaitu maqashid dan syari’ah. Maqasyid adalah bentuk jamak dari maqsud yang berarti kesenjangan atau tujuan,  dan syari’ah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air. Makna jalan menuju sumber air dapat pula dikatakan sebagai jalan kea rah sumber utama kehidupan.
Secara teologis syariat bisa dilihat dari tujuan tertentu yang akan dicapai dengan bersandar pada kehendak pembuat syari’ah yaitu Allah. Untuk mewujudkan kehendak tersebut, maka dimuncullah teori maqasyid asy-syaria’ah, untuk dijadikan metode pengembangan nilai-nilai yang terkandung dalam syariat dan ruh (jiwa) hukum islam dalam menghadapi setiap perubahann social. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Imam al-Juwaini, kemudian dikembangkan oleh muridnya imam al-Ghazali dan diteruskan oleh Imam asy-Syatibi. Imam al-Ghazali mengatakan “sesungguhnya tujuan syara’ dari (kehidupan) manusia itu (tujuannya) ada lima macam, yaitu memelihara agama mereka, jiwa mereka, akal mereka, keturunan mereka dan harta benda mereka.
Dengan demikian, pengetahuan tentang maqasyid asy-syari’ah menjadi kunci bagi keberhasilan para ulama ushul fiqh. Abu Zahrah mengatakan, tujuan hakiki hukum islam adalah kemaslahatan, tak satupun hukum yang ditetapkan baik dalam al-qur’an maupun hadits melainkan didalamnya ada kemaslahatan.
2.      Maqasyid asy-Syari’ah sebagai teori Fiqh
Maqasyid asy-Syari’ah (tujuan-tujuan syara’ dalam menetapkan hukum) sebagai teori bermaksud untuk menjamin, memberikan perlindungan dan melestarikan kemaslahatan bagi umat manusia secara umum, umat islam khususnya. Ada tiga aspek yang harus dilindungi dan dilestarikan adalah sebagai berikut :
a.      Dlaruriyyat
Secara bahasa dlaruriyyat berarti kebutuhan yang mendesak yaitu untuk memelihara lima unsur pokok yang esensial sebagai berikut :
-          Memelihara agama
Memelihara agama islam dengan meyakini akidah yang benar dan lurus serta melakukan ibadah secara tulus, sekaligus melarang secara tegas hal-hal yang dapat merusak eksistensinya. Menjaga kesucian dan kemurnian agama termasuk sikap yang sangat terpuji dan mulia di sisi Allah. Agama diatas segala-galanya dan kedudukannya lebih penting daripada jiwa. Misalnya kewajiban mendirikan shalat yang ditegaskan oleh Allah dalam QS. Al-Ankabut : 45).
-          Memelihara jiwa
Kewajiban untuk berusaha memeperoleh makanan, minuman dan pakaian untuk mempertahankan hidupnya. Anjuran Allah lewat firman-Nya yaitu QS. Al-Maidah : 88) yang artinya “ dan makan dan minumlah kalian dan janganlah berlebih-lebihan”.
-          Memelihara akal
Islam wajib mewajibkan untuk menuntut ilmu agar manusia memperoleh pengetahuan dengan cara memperdayakan potensi akal yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Sehingga pendidiakn mutlak diperlukan manusia, guna menjaga akalnya agar tidak rusak akibat perbuatan-perbuatan yang dapat membawa kehancuran. Misal dalam QS.al-Baqarah: 2) yang artinya “mereka (para peminum khamr) bertanya tentang khamr, katakana bahwa ia merupakan perbuatan dosa, maka jauhilah”.
-          Memelihara keturunan
Kewajiban untuk menghindarkan diri dari berbuat zina. Begitu juga hukuman yang dikenakan kepada pelaku zina, laki-laki atau perempuan. Dalam QS. Al-Isra’: 32) yang artinaya “ jaganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan”.
-          Memelihara harta
Kewajiban untuk menjauhi tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kerugian seperti: pencurian, perampokan korupsi dll. Firman Allah dalam surat an-Nisa’ yang artinya “hai orang-orang yang beriman janganlah kalian makan harta dengan cara yang batil”
b.      Al-Hajiyah
Hajiyyat secara bahasa berarti kebutuhan adalah aspek-aspek hukum yang dibutuhkan untuk meringankan beban teramat berat, sehingga hukum dapat dilaksankan tanpa rasa tertekan dan terkekang. Dalam arti, kalau factor hajiyyat itu tidak ada, maka akan terjadi ketidaksempurnaan atau mungkin kesulitan dan tidak sampai menimbulkan kehancuran dalam kehidupan manusia.
c.       Al-Tahsiniyyah
Tahsiniyyat secara bahasa berarti hal-hal penyempurna, dimaksudkan agar manusia dapat mengerjakan yang terbaik dalam rangka menyempurnakan kelima perkara tersebut.


Sumber Bacaan :

Syukur, Sarmin, 1993. Sumber-Sumber Hukum Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Haroen, Nasrun, 1996. Ushul Fiqh. Jakarta: Logos Publishing House.
Pokja Akademik, 2005. Fiqh & Ushul Fiqh. Yogyakarta: 
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Umar, Muin dkk, 1985. Ushul Fiqh 1. Jakarta.


Rabu, 15 Mei 2013

Aku Jatuh Cinta *


Aku jatuh cinta,karena aku selalu di ajari  untuk memiliki 10 karekter untuk menjadi Seorang Muslim yang tangguh  :
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. 68:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS 39:9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).
Semoga cinta ini selalu terpatri dalam hati ini untuk dakwah..
Amin Ya Allah.


Demokrasi (Problem dan prospeknya dalam konteks Islam)

Apa itu demokrasi ?Istilah ini punya daya tarik yang sangat luar biasa,Semakin banyak dibicarakan,semakin menarik dan tak ada habis-habisnya.Sepintas ia seolah bersifat elitis.
Walaupun demikian,tak mudah untuk memaknai demokrasi secara memuaskan.lebih-lebih istilah itu memang tak pernah di pahami secara monolitik.Mengambil satu arti ,berarti kita terjebak ke dalam satu arus pemikiran,Karena itu diperlukan pemahaman substantif agar demokrasi bisa diterimah.

Saya akan mengawali dengan beberapa asumsi .

# Asumsi bahwa ajaran Islam dan politik demokrasi adalah compatible pada tataran kenyataan,jika tidak compatible dalam teori.
#Asumsi bahwa cara-cara yang secara esensial bersifat anti kekerasan akan di pakai untuk membangun demokrasi yang Islami(Islmically based democracy)
#Asumsi bahwa lingkungan politik terbuka,bebas,dan pluralistik sebenarnya telah terbuka,kendati belum terinstitusionalsisikan.
#Bahwa lingkungan semacam itu tidak menyampingkan partisipasi keinginan kalangan Islamis untuk bermain dengan aturan main yang telah di tetapkan.Tentu saja,sampai batas yang jauh,apabila rezim-rezim itu menolak kemungkinan partisipasi politik kalangan Islamis,maka sedikit harapan terwujud demokrasi Islam yang di dasarkan atas prinsip-prinsip anti kekerasan.

Faktor Organisasional 

Barangkali satu-satunya tantangan terbesar terhadap penerapan demokrasi berada di dalam gerakan-gerakan Islam itu sendiri,yakni kurangnya pengalaman dalam partisipasi (the lack of participatory experience).
Entah karena di ilhami oleh kesemrautan sosial ekonomi,alinasi kultural,kekeringan spiritual,atau penindasan politik organisasi-organisasi Islam pada awal muncul sebagi ekpresi spontan daro ketidak puasan massal.


 BERSAMBUNG.....


Mencintai Al-Qur'an


Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur'an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah swt. Karena dalam Al-Qur'an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikirkan dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.

Oleh karenanya, mereka yang telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur'an sepenuh hati, dapat merasakan ‘getaran keagungan' yang tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur'annya mengungkapkan:

“Hidup di bawah naungan Al-Qur'an merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.... Dan Al-Hamdulillah... Allah telah memberikan kenikmatan pada diriku untuk hidup di bawah naungan Al-Qur'an beberapa saat dalam perputaran zaman. Di situ aku dapat merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar belum pernah aku rasakan sebelumnya sama sekali dalam hidupku.”
         
Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur'an, manakala diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312):

Bahwa suatu ketika, Abu Jahal, Abu Lahab dan Akhnas bin Syariq, yang secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah saw. pada malam hari untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca oleh Rasulullah saw. dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga saling mencela, dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah saw.. Namun pada melam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut. Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah Rasulullah saw., dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan. Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi untuk mendengarkan Al-Qur'an, dan merekapun menempati posisi sebagaimana hari sebelumnya. Dana manakala Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga membuat ‘mu'ahadah' (perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah Rasulullah saw. guna mendengarkan Al-Qur'an.
         
Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur'an, namun hawa nafsu mereka memungkiri kenabian Muhammad saw

Senin, 13 Mei 2013

Tokoh Kita


Ibnu Taimiyyah

Ibnu Taimiyah Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu`ul Awal tahun 661H. Beliau adalah imam, Qudwah, `Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah daan penghidup sunah Rasul shalallahu`alaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy.


Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.

Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Ta`ala. Akhirnya mereka bersama kitab-kitabnya dapat selamat.


PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU

Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur`an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab.

Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah dan Mu`jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu`alaihi wa sallam.

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha` dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.


PUJIAN ULAMA

Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah.. dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam serta lebih ittiba` dibandingkan beliau.

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: Setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah menyangka akan tercipta manasia seperti anda.



Bersambung.....


3 Hal Untuk Menjadi Mahasiswa Berprestasi


Kuliah berjuta rasanya. Ada yang bilang kuliah itu asyik, banyak temen and saudara, tempat nyari jodoh (banyak juga loh yang sekarang suami-istri satu almamater), tapi ada juga yang berkomentar ‘nggak mau ah dapet jodoh se-kampus (kebanyakan kali… bayangin se kampus ), tempatnya merubah diri, suatu kesempatan yang berharga, beda banget ama sekolah dulu di SMA/MA, tempat buat men-tarbiyyah ato ngembangin diri, bisa lebih dewasa, salah satu jembatan menuju kesuksesan, dan beragam komentar lainnya. Nah… Bagaimana dengan tujuan or motivasi ato harapan temen-temen selama kuliah nanti ? Buat CARI ILMU ato … ?!
Ana (saya) ingin berbagi pengalaman sama temen-temen. Pengalaman yang akan ana bagikan seputar tips and trik menjadi mahasiswa yang berprestasi selama kita kuliah. Semoga bisa kita amalkan bukan sekedar kata-kata.
Pertama : Bangunkan diri dengan motivasi kesyukuran

Dari sekian banyak manusia kita termasuk hamba-hamba pilihan Allah yang beruntung. Kita masih diberikan kesempatan oleh Allah buat ngerasain bangku kuliah (bangku kuliah… gmana yah rasanya ? manis, pahit, atau…). sementara saudara-saudara kita yang lain jangankan kuliah untuk makan sehari-hari aja sulit. Makanya… yuuk kita syukuri salah satu ni’mat ini ! Syukur merupakan sumber motivasi diri. Ia (syukur) akan membawa kita ke dunia sungguh-sungguh, berprestasi, dan menjaga amanah orang tua kita (inget ga apa amanah ortu kita…?! lulus cepet, dapet pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan yang oke, and nikah, truz punya anak, punya rumah dan lain sebagainya). Katanya sih ada korelasi (kaitan/hubungan) antara cepet lulus dengan cepet nikah, bener ga yah…? (kok.. ke nikah sih..)
Kedua : Bawalah diri kita ke hal-hal yang positif

Setelah kita bersyukur, maka wujudkan rasa syukur itu dengan sesuatu yang baik contohnya : a) Mengupayakan sholat agar bisa khusyu, tilawah (baca qur’an) ditingkatin plus ngafalin sebagian atau seluruh ayat-ayat al-Qur’an, sholat sunnah juga jadi agenda (dhuha, qobliyyah-ba’diyyah, ato tahajud), gak ketinggalan juga dzikir di waktu pagi dan petang, selain itu b) Memaksakan diri untuk banyak membaca buku dan menulis (imam Al-Ghazali mengatakan jihad asy-syabab al-Qiro’ah wal kitabah), berikutnya c) Upayakanlah diri kita untuk hadir truz di kelas sewaktu jam kuliah, kalaupun absen jangan lebih dari 2 kali kecuali sakit ato ada urusan yang ‘nggak bisa ditinggalin (ma’lum orang sibuk), hal-hal positif lainnya adalah d) Datang ke kelas ga pake telat (GPT) alias tepat waktu (Imam syahid Hasan al-Banna mengatakanal-Waqtu huwal hayat -waktu adalah kehidupan-, orang yang dapat mengisi waktunya dengan baik maka hidupnya akan baik sebaliknya orang yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang menyia-nyiakan keagungan Allah). Selanjutnya e) Berusahalah buat ngerjain tugas-tugas kuliah dengan baik dan tepat waktu, ambil hati dosen-dosen mu dengan ketaatan kita kepada mereka, insya Allah berkah. f) Ciptakan lingkungan yang kondusif; rumahmu syurgamu kampusmu madrasahmu. g) Berorganisasi (nah ini juga penting loh sebagai ajang pengembangan potensi diri. Alhamdulillah kami merasakan aktifnya kita di organisasi tidak membuat jeblok nilai kuliah justru sebaliknya kitalah bintang nya.
Ketiga Mintalah do’a dan restu ortu
Subhanallah… senengnya kalo kita dapet do’a dan restu ortu. Pastinya Allah akan ridho dengan aktivitas yang kita lakukan (amin), ridollah fii ridhol waalidain. Klo ortu temen-temen sudah kembali kepada Allah (meninggal dunia), janganlah engkau bersedih hati (la tahzan) banyak yang bisa temen-temen lakuin misalnya doakan mereka atau buktikan klo temen-temen adalah anak yang bisa berbakti kepada mereka dengan pretasi terbaik yang temen-temen torehkan.
Itulah tiga kiat praktis yang bisa temen-temen coba semasa kuliah. Jadikan masa-masa ini adalah masa terindah dalam kehidupanmu. Bukankah kesempatan itu nggak datang dua kali. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita dan menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang sholih dan sholihah.
Rasnal H.Bisnu

Yuuk Jadi Mahasiswa Kreatif (2)


Kreatif berarti kemampuan menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang membawa sifat baru atau mengkombinasikan ide maupun metode lama dengan cara  yang baru. Kreatif di sini bermakna membuat sesuatu yang sifatnya orisinil maupun mengkombinasikan sesuatu dengan yang lain agar lebih baik. Kegiatan berfikir ini lebih ditekankan dengan cara berimajinasi terhadap sesuatu melalui melihat perubahan dan perkembangan yang terkini. Dengan daya kreatif, bagi siapapun, akan memudahkan mencari solusi-solusi dalam memecahkan masalah walau tidak lazim dan tidak terpikirkan oleh orang lain.
Sebelum mengenal lebih dalam tentang kreatif maka perkenankanlah saya untuk menjelaskan sedikit tentang struktur yang terdapat dalam otak kita. Sturuktur tersebut sangat mempengaruhi kinerja otak kita dalam berfikir. Dalam otak kita terdapat tiga struktur yakni otak reptilian, otak mamalia dan otak berfikir.
Otak reptilia atau kata lain otak primitive yaitu otak yang membuat kita bernafas dan jantung berdegup, melawan atau lari saat menghadapi ancaman dan berorintasi pada kepemilikan, kekuasaan dan amarah.
Sementara otak mamalia atau otak limbic yaitu otak yang mengendalikan system hormone, kekebalan, seks, emosi dan bagian penting dari ingatan jangka panjang.
Sedangkan otak berfikir atau neo konkres yaitu otak yang memiliki semua kapasitas yang diperlukan untuk belajar dan mengingat apapun, asal tahu cara memanfaatkannya dan otak yang menyeimbangkan belahan otak kanan dan otak kiri, yang digunakan secara optimal. Otak kanan adalah otak yang biasa berfikir emosional, intuitif, holistic, lateral, global, musik, spasial, mencipta dan seni. Sementara otak kiri yaitu otak yang berfikir logis, rasional, sekuensial, linier, terperinci, bahasa, menulis, membaca dan matematika.

Ciri-ciri Orang Kreatif
Sekarang kita akan membicarakan ciri-ciri orang yang kreatif. Adapun ciri-cirinya orang yang kreatif adalah :
·         Punya hasrat (desire)
Keinginan yang dalam untuk mendapatkan sesuatu merupakan salah satu ciri orang yang berfikir kreatif. Ia mempunyai hasrat yang tinggi untuk mengenal dan mendapatkan sesuatu. Bagi orang yang mempunyai hasrat biasanya kalau hasratnya tidak terpenuhi akan mengalami penyesalan. Karenya hasrat seseorang sangat berpengaruh terhadap keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Bila hasrat tidak dimiliki oleh seseorang kemungkinan besar orang tersebut tidak memiliki antusiasme untuk berfikir mencapai keinginan yang telah direncanakan. Maka mempunyai hasrat untuk mendapatkan sesuatu merupakan ciri yang harus dimiliki oleh orang yang kreatif.

·         Peka
 Peka terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan manusia merupakan sesuatu yang mesti dimiliki oleh mereka yang ingin maju dalam hidupnya. Peka di sini berarti ia mampu mengambil peluang yang dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya baik berkaitan dengan ekonomi maupun kebutuhan lain yang berkaitan dengan kemanusiaan.

oleh.Rasnal H.Bisnu


Minggu, 12 Mei 2013

Yuukk Jadi Mahasiswa Kreatif


Masa-masa mahasiswa adalah masa-masa yang bahagia dan menyenangkan karena tidak setiap orang berkesempatan untuk dapat menikmati duduk di bangku kuliah. Karena memasuki gerbang kuliah tidak sedikit merogoh kocek yang keluar dari kantong agar dapat menikmati masa menjadi siswa yang “maha”.

Masa-masa mahasiswa adalah masa-masa pencarian dan pemantapan jati diri. Pada masa ini banyak diantara mahasiswa yang mencoba berekspresi berbagai cara seperti mengikuti forum diskusi, training-training, kursus dan berorganisasi sebagai sarana pengembangan bakat dan minat.

Masa-masa mahasiswa adalah masa-masa dimana diri merasa telah dewasa dan berhak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri dengan membebaskan diri berfikir dan beraktifitas, bahkan saking bebasnya beraktifitas dan berekspresi terkadang-disengaja maupun tidak-menyalahi norma-norma yang berlaku di masyarakat atau bahkan agama.
Masa-masa mahasiswa adalah masa dimana diri digembleng agar menjadi diri yang berintelektual dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Bermanfaat bagi dirinya sendiri berarti ia mampu bersaing dengan orang lain ketika ia lulus dari bangku kuliah, kalau bisa langsung dapat pekerjaan di tempat yang bergengsi. Sementara bermanfaat bagi masyarakat berarti ia mampu menjadi agent of change dalam rangka memperbaiki “nasib” masyarakat yang terpinggirkan. Tidak heran banyak mahasiswa yang idealis dan pro dengan rakyat, mereka berdemo mengatasnamakan “kepentingan rakyat”.
Dengan bekal belajar dibangku kuliah dalam hitungan waktu yang relatif lama, sudah barang tentu masyarakat, orang tua maupun handaitaulan mempercayai bahwa mahasiswa yang lulus, siapapun dia, telah dibekali dengan ilmu yang cukup.

Namun semua itu tidak akan berjalan lancar kalau kita tidak mengetahui strategi maupun cara untuk menjadi mahasiswa yang menyenangkan. Senang karena banyak pengalaman, senang karena banyak teman dan senang karena langsung dilirik oleh perusahaan karena skill yang kita miliki.

Cara yang terbaik untuk dapat mencapai itu semua tidak lepas dari daya kreasi yang dimiliki oleh mahasiswa. Kita mungkin banyak melihat mahasiswa yang kreatif, kuliah sambil bekerja walau terkadang sebagian mereka hanya iseng-iseng, hanya mencari pengalaman meski penghasilan pas-pasan. Kita juga mungkin melihat banyak diantara mahasiswa yang hari-harinya dilalui di organisasi, ia aktif berorganisasi agar kelak ketika ia keluar dari kampus sudah ada pengalaman dan relasi yang telah dibangun untuk diajak kerjasama.
Dan masih banyak contoh lain yang dapat kita jadikan pelajaran agar kita terus menerus mengembangkan daya kreatifitas kita. Bukankah banyak perusahaan-kalau kita renungi dalam konteks usaha- yang besar berawal dari kreatifitas?. Kita mungkin pernah mendengar semboyan “inovasi atau mati’, “idenya siapa?”, “inovasi tiada henti” dan masih banyak slogan yang intinya bagaimana ia mampu mengkreasikan produk sebagus mungkin sebagai daya tarik dalam penjualan.



Bersambung...
By.Rasnal

Kenali dirimu

Sabahat 

pasti bertanya saya sudah kenal ko diri saya,,Nama saya fulan,lahir di sisni,anak ke sekian dan lain-lain,
maksud saya bakan kenal indentitas kita akan tetapi lebih dari itu,
sabahat pasti pernah mendengarkan perkataan " Kenali dirimu,maka kamu akan mengenal Tuhanu"
bagaimana sahabat sepakat tidak dengan perkataan itu?,
maksudnya apa sih dengan perkataan itu ?.Mari kita sedikit bahas yuuk..

"Kenali dirimu,maka kamu akan mengenal Tuhanmu"


Setiap manusia yang beragama atau manusia yang memilih untuk tidak beragama, kesemua memiliki “alasan”. Terutama bagi individu yang beragama harus memiliki dasar yang “kuat”, sehingga keberagamaanya bukanlah “hasil” dari atau diperoleh karena “warisan” atau bahkan “katanya”.
Setiap manusia haruslah mendasari keimanannya dengan ilmu atau dalam bahasa agama sering kita sebut “Ilmul Yaqqin” yakni keyakinan yang didasarkan oleh ilmu. Sumber ilmu disini adalah Kitab Suci dan Sunnah Nabi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad saw. yakni : “kutinggalkan dua hal bagimu, apabila kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasulu-Nya (Muhammad saw).”
Sumber keimanan kedua yang harus dimiliki dan menjadi dasar bagi orang yang beragama adalah “Ainul Yaqqin” yakni keimanan atau sumber keimanan yang berasal dari “mata” atau pengalaman secara pribadi seorang yang beragama akan kebenaran atau keberadaan Tuhannya.